Masyarakat kampung Bareri, distrik Roufaer, kabupaten Mamberamo Raya kecewa dan melakukan aksi protes pada dinas Pertanian dan dinas terkait lainnya. Masalahnya, hasil panen mereka yakni 1.550 Kg jagung tidak ada pembeli dan penadah yang membiat jagung hancur dan rusak.
Padahal, menurut warga, mereka menanam karena program dari dinas Pertanian tahun 2018. Kini masyarakat sudah menamam tetapi saat membawa hasil ke kota kabupaten yang berjarak relatif jauh, ternyata tidak ada pembeli. Upaya bertemu dengan kepala dinas pertanian pun dilakukan namun relatif tetapi tidak ada tanggapan.
Kepala kampung bareri, Distrik Roufaer, Bastian Kebouw mengaku sangat kecewa dengan apa yang menimpa dia dan masyarakat kampungnya. Apalagi dirinya selaku kepala kampung lah selama ini sering berkordinasi dengan pihak dinas terkait dalam hal ini Dinas Pertanian dan mendapatkan arahan untuk menanam jagung, kacang, padi dan lainnya.
Kata dia, jika saat ini hasil panen mereka antara lain jagung 1.550 Kg harus hancur dan rusak karena ketiadaan pembeli. Padahal, warga sangat antusias menanam karena menurut informasi yang mereka terima, hasil panen sudah ada disiapkan pembelinya.
Masyarakat kampung Bareri, Mamberamo Raya memperlihatkan hasil panen jagung yang rusak karena tak ada pembeli dan penadah
“Kami punya keluhan dari masyatakat kampung Bareri. Saya sebagai kepala kampung selalu datang )kordinasi-red)ke Dinas Pertanian untuk masukan laporan dari kampung. Lalu dinas sampaikan untuk usaha tanam ini dan itu. Saya sampaikan pada masyatrakat dan lakukan (menanam-red) tapi sekarang kami bawa (hasil panen) ke Kabupaten ini tidak ada pembeli.
Kami rugi tak ada kejelasan dari kadis. Usaha macet. Ini Kami mau bawa kemana. Hasil panen sebanyak ini. Dinas tidak jelas,” ujarnya kecewa.
Bastian Kebouw berujar, Dinas sebenarnya wajib pastikan dan siapkan pembeli dulu baru sampaikan pada masyarakat untuk kerja kebun.
“Ini yang terjadi jusrtru kami sudah disuruh tanam berbagai macam seperti jagung, kacang padi dll. Lalu sudah bawa sampai ke kota, lalu tidak ada kejelasan dari Dinas. Ini mau diapakan hasil bumi sebanyak ini,” keluhnya.
Lebih mengecewakan lagi, menurut kepala kampung Bareri Kebouw, sebelum bersama warganya datang ke Kota membawa hasil penen mereka, dirinya sudah beberapa kali mendatangi pihak dinas pertanian untuk berkordinasi terkait masalah ini. Hanya saja, Kebouw menyebut tak ada tanggapan dan kejelasan dari Dinas Pertanian.
Masyarakat kampung Bareri, Mamberamo Raya memperlihatkan hasil panen jagung yang rusak karena tak ada pembeli dan penadah
Senada warga kampung Bareri, Pilipus Kebouw bahwa Masyarakat sudah selalu kerja, tapi hasil ini mau dikemanakan.
“Kami pesan untuk Dinas coba serius, karena hasil kami tanam disana bawa turun sampai di kota tak ada pembeli. Pemerintah Mamberamo dan dinas bersangkutan tolong perhatikan. Kami di Bareri dsana hasil sangat subur, kacang jagung, padi, pisang tapi selalu rugi. Contoh perang ada Dinas pertanian suruh buat Irigasi, masyarakat sudah kerja tapi sampai kini padi masih banyak rugi dirumah.
Lanjut Pilipus, bukan Dinas Perindagkop dan Pertanian saja, tapi semua dinas minta tolong pelayanan. Kami masyarakat di kampung mohon keseriusan.
“Jangan bilang masuatakay hanya tahu minta uang di pemerintah. Tidak, kami tahu kerja tetapi ini lihat sendiri seperti ini,” pungkasnya.